TandaKuat dan Lemahnya Iman. Hadits ini menunjukkan bahwa meninggalkan hal yang tidak bermanfaat merupakan tanda sempurnanya iman. Mahfum mukhalafah-nya, Berdurasi 40 menit lebih, video ini menjelaskan lebih detil tentang hadits ke-12 dari Arbain Nawawi ini. Termasuk contoh-contoh yang tidak semuanya tertulis dalam artikel ini. Kajian Arbain An Nawawi Hadist ke-02 Islam, Iman dan Ihsan عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam seraya berkata “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah Tuhan yang disembah selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata “ Beritahukan aku tentang hari kiamat kapan kejadiannya”. Beliau bersabda “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau Rasulullah bertanya “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian bermaksud mengajarkan agama kalian“ [HR Muslim, no. 8] Faidah Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa. Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya. Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya. Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia. Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya. Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada kebutuhan. Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala. Didalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu. Hadits ini disebut Ummu As-Sunnah, induknya Islam sebagaimana kata Imam Al-Qurthubi. Islam dan iman itu berbeda. Ini masuk dalam kaedah idza ijtama’a iftaroqo, wa idza iftaroqo ijtama’a, jika disebut bersamaan maksudnya berbeda, jika disebut berbeda tempat, maka maksudnya sama. Yang dimaksud Islam adalah amalan lahiriyah, sedangkan Iman adalah amalan batin. Tingkatan paling tinggi seorang hamba berinteraksi dengan Allah disebut Ihsan. Ihsan ada dua tingkatan a tingkatan thalab berharap, yaitu engkau beribadah kepada Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya; b tingkatan harb takut, yaitu ingatlah Allah melihatmu. Tingkatan thalab lebih tinggi dari tingkatan harb. Yang rugi adalah jika tingkatan thalab dan harb tidak bisa dicapai. Malaikat bisa berada dalam bentuk manusia. Hendaklah berakhlak yang baik ketika berada di hadapan guru yang mengajarkan ilmu. Kiamat punya tanda-tanda dan yang mengetahui kapan datangnya kiamat hanyalah Allah. Di antara maksud seorang budak melahirkan majikannya adalah banyaknya bentuk kedurhakaan anak pada orang tuanya, sampai-sampai anak memperlakukan ibunya layaknya pembantu. Sekarang ini sudah bisa kita saksikan, dan banyak terjadi. Karenanya hati-hatilah kita jangan sampai kita menjadi bagian dari tanda-tanda kiamat. Materi Kajian Arbain An-Nawawi Pemateri Ustadz Al-Fiqhy, Lc. Tempat Masjid Besar Kaum Ujung Berung Bandung Waktu 09 November 2019 Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan share konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” HR. Muslim no. 1893
Hadis2 Arbain Nawawi. iman - islam - ihsan 1. beliau berkata aku mendengar Al-Fudhail bin 'Iyadh berkata tentang firman Allah: "Supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya", beliau berkata: 'Maksudnya, dia ikhlas dan benar dalam melakukannya. Sebab amal yang dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar
Hadits Arbain Ke 13 – Hadits Tentang Cinta Dan Kesempurnaan Iman merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah الأربعون النووية atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada 1 Rajab 1441 H / 25 Februari 2020 M. Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi Status program kajian Hadits Arbain Nawawi AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 1630 - 1800 WIB. Download juga kajian sebelumnya Hadits Arbain Ke 12 – Cara Manajemen Waktu Ceramah Agama Islam Tentang Hadits Arbain Ke 13 – Hadits Tentang Cinta Dan Kesempurnaan Iman Melanjutkan kajian kita, beranjak ke nomor 13 yaitu hadits Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam, beliau bersabda لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه “Tidaklah beriman seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” HR. Bukhari dan Muslim Hadits ini diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu yang merupakan salah satu sahabat yang mulia. Beliau adalah salah satu orang terdekat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, karena beliau adalah pembantunya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau karenanya menjadi salah satu sahabat dengan riwayat hadits paling banyak. Dan beliau didoakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam doa yang masyhur اللهم أكثر ماله وولده وأدخله الجنة “Ya Allah perbanyaklah hartanya, perbanyaklah anak-anaknya dan masukkanlah dia kedalam surga.” Maka buah yang ditanam oleh Anas bin Malik Radhiyllahu Anhu berbuah dua kali dalam setahun ketika pohon buah orang lain hanya berbuah satu kali saja. Kemudian Anas bin Malik memiliki anak-anak yang sangat banyak. Bahkan dengan kedua tangan beliau, beliau menguburkan sekitar 125 orang dan mengenai doa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam ini beliau mengatakan, “Saya telah melihat dua dari tiga doa tersebut di dunia. Dan saya sedang menunggu yang ketiga.” Jadi yang pertama doa tentang banyaknya harta, sudah beliau rasakan. Doa tentang banyaknya anak-anak juga telah beliau rasakan. Dan beliau tinggal menunggu satu lagi yaitu doa dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam agar beliau bisa masuk surga. Dan insyaAllah beliau akan mendapatkan itu juga. Beliau wafat pada tahun 93 Hijriyah. Dan diberikan umur yang cukup panjang -semoga Allah meridhai beliau- Dalam hadits ini beliau meriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه “Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” Terjemah leterleknya seperti ini, nanti kita akan tafsirkan apa arti iman yang dinafikan di sini. Ini adalah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim. Dan hadits ini ditafsirkan oleh riwayat Ahmad yang bunyinya لاَ يَبْلُغُ عَبْدٌ حَقِيْقَةَ اْلإِيْمَانِ حَتَّى يُحِبَّ لِلنَّاسِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ مِنَ الْخَيْرِ “Tidaklah seorang hamba mencapai hakikat iman iman yang sesungguhnya sampai dia mencintai untuk manusia apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan.” HR. Ahmad Jadi, yang dimaksud iman yang dinafikan dalam hadits riwayat redasi Al-Bukhari dan Muslim adalah kesempurnaan iman. Sehingga hadits ini bisa kita tafsirkan dengan mengatakan, “Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dicintai untuk dirinya sendiri.” Jadi yang dinafikan adalah kesempurnaan iman, bukan pokok iman. Artinya kalau sampai ada di antara kita yang belum sampai derajat/tingkat ini, masih tidak mencintai untuk saudara kita apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri, maka berarti orang tersebut tidak serta merta menjadi kafir. Karena yang dinafikan bukan pokok iman. Yang dinafikan adalah kesempurnaan iman. Namun kesempurnaan iman yang dimaksud adalah kesempurnaan iman yang wajib. Sebagaimana disebutkan dengan tegas oleh Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad Hafidzahullahu Ta’ala dalam Fathul Qawiyyil Matin fi Syarhil Arba’in. Jadi yang dinafikan adalah kesempurnaan iman yang wajib. Artinya kalau kita belum sampai derajat ini, kalau kita masih belum mencintai untuk saudara kita apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri, maka berarti ada yang kurang dengan iman kita. Bahkan sebagian ulama mengatakan berarti kita masih berdosa. Maka wajib bagi setiap muslim untuk mencintai bagi saudaranya apa yang dicintai untuk dirinya sendiri. Kita wajib melakukan ini karena ini adalah kewajiban dalam Islam. Kalau tidak maka berkurang dari kita kesempurnaan iman yang wajib, berarti masih kurang iman kita. Dan mencintai di sini adalah amalan hati. Jadi yang wajib bagi kita adalah mengamalkan -dalam hal ini- dalam hati kita yaitu ketika kita mendapatkan kebaikan baik dalam urusan dunia maupun dalam urusan akhirat maka kita harus mencintai hal itu juga untuk saudara kita. Kita mengharapkan agar orang lain juga bisa merasakan kebaikan itu. Kita berharap orang lain juga bisa merasakan kenikmatan-kenikmatan yang kita dapatkan. Ini artinya adalah mencintai untuk saudara kita apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri. Bbukan berarti kita harus memberikan apa yang kita miliki kepada mereka, bukan itu yang menjadi kewajiban. Yang menjadi kewajiban kita adalah amalan hati. Bahwasannya ketika kita -misalnya- memiliki ilmu agama yang bermanfaat, maka kita berharap saudara kita yang lain juga bisa merasakan ilmu itu. Ketika kita mendapatkan sebuah nikmat duniawi, maka kita juga senang kalau seandainya saudara kita mendapatkan nikmat itu juga. Ini yang menjadi kewajiban kita. Tidak berarti kalau kita punya mobil, berarti kita harus memberikannya kepada saudara kita. Atau kalau kita punya uang yang banyak kita harus membaginya dengan saudara kita. Itu baik, tapi itu bukan suatu kewajiban dan itu bukan yang dimaksudkan oleh hadits ini. Yang penting adalah mengolah hati kita karena ini adalah amalan hati, kita mencintai untuk saudara kita apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri. Dan kita juga membenci untuk saudara kita apa yang kita benci untuk diri kita sendiri. Kita senang kalau dihormati, kita senang kalau dihargai, maka kita juga harus menghargai orang lain dan menghormati mereka. Kita tidak suka untuk didzalimi, tidak suka untuk direndahkan, maka kita tidak boleh pula untuk mendzalimi dan merendahkan orang lain. Ini adalah makna dari hadits ini. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menafsirkan hadits yang agung ini dengan beberapa hadits yang lain. Diantaranya adalah hadits riwayat Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu Anhuma bahwasannya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ ، وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ ، فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ، وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ “Barangsiapa yang ingin dihindarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka hendaklah ajal menjemput dia dalam keadaan dia beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan hendaklah dia mendatangi manusia dengan cara yang dia suka kalau manusia mendatangi dia dengan cara itu.” HR. Muslim Jadi kalau kita ingin dihindarkan dari api neraka dan dimasukkan kedalam surga ini adalah kemenangan yang sesungguhnya, ini adalah keberuntungan yang sejati, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ “Maka barangsiapa yang dihindarkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka dia sungguh telah menang.” QS. Ali-Imran[3] 185 Ini adalah kemenangan yang sesungguhnya. Bagaimana caranya? Caranya hendaklah kita mempertahankan iman kita sampai kita berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tetap beriman kepada Allah dan hari akhir kita pertahankan sampai akhir hayat kita. Harus istiqamah diatas agama ini. Kemudian hendaklah kita mendatangi manusia dengan cara yang kita suka kalau orang-orang mendatangi kita dengan cara itu. Artinya kita memperlakukan mereka dengan cara yang baik, sebagaimana kita suka kalau orang-orang memperlakukan kita dengan cara yang baik pula. Kita pergauli manusia cara dan akhlak yang baik. Kita perlakukan mereka dengan cara yang kita sukai kalau seandainya orang-orang itu memperlakukan kita dengan cara itu. Maka ini sesuai apa yang disampaikan di depan. Tidaklah sempurna iman seseorang sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri. Kita semuanya ingin diperlakukan dengan baik. Berarti manusia juga seperti itu, orang lain juga seperti itu. Maka hendaknya kita mencintai untuk mereka apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri. Kalau kita ingin diperlakukan dengan baik, hendaknya kita memperlakukan manusia dengan cara yang baik pula. Dalam hadits riwayat Muslim yang lain, dari Abu Dzar Radhiyallahu Anhu beliau meriwayatkan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan kepada saya يا أبا ذَرّ،إنِّي أَرَاك ضعِيفًا، وَإنِّي أُحِبُّ لكَ مَا أُحِبُّ لِنَفسي “Wahai Abu Dzar, sungguh aku melihatmu adalah orang yang lemah. Maka aku mencintai untuk dirimu apa yang aku cintai untuk diriku sendiri.” HR. Muslim Nasehat yang beliau sampaikan kepada Abu Dzar, beliau jelaskan demikian. Kemudian beliau menyambung لا تَأَمَّرَنَّ عَلَى اثْنَيْن “Wahai Abu Dzar, jangan sekali-kali engkau menjadi pemimpin untuk dua orang.” Setiap orang mempunyai kelebihan dan kelemahannya. Ada sebagian orang yang titik lemahnya adalah ketika menjadi pemimpin, ketika memegang jabatan. Sebagian orang kelemahannya bukan di tahta, tapi ketika berhadapan dengan harta. Sebagian orang lagi titik lemahnya ketika berhadapan dengan wanita lawan jenis. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mengenal karakter sahabat-sahabat beliau. Beliau memahami kelebihan masing-masing dan juga memahami kekurangan masing-masing. Maka ini masyaAllah sebuah hadits yang berbicara tentang kelemahan Abu Dzar tapi disampaikan oleh Abu Dzar. Beliau mengorbankan -bisa dikatakan- kehormatan beliau karena beliau disebut sebagai orang yang lembah di hadits ini. Tapi beliau tetap menyampaikan hadits ini karena dalam hadits ini ada ilmu yang agung, ada ilmu agama yang harus disampaikan, umat harus tahu tentang hal ini. Dalam hadits ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sedang mempraktekkan hadits yang beliau sampaikan. Beliau mengatakan, “Wahai Abu Dzar, sungguh aku melihatmu sebagai orang yang lemah dan aku mencintai untuk dirimu apa yang aku cintai untuk diriku sendiri, maka jangan engkau menjadi pemimpin untuk dua orang apalagi lebih” Dua orang saja beliau khawatir akan tidak amanah. Lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melanjutkan وَلا تُوَلَّيَنَّ مَالَ يتِيمٍ “Jangan juga engkau mengurus harta anak yatim.” Di sini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam melihat bahwasannya Abu Dzar bukan orang yang cakep untuk mengurus dua hal ini. Maka beliau melarang Abu Dzar untuk berurusan dengan dua hal ini. Tentunya ditengah lautan kelebihan yang dimiliki oleh Abu Dzar Radhiyallahu Anhu. Tapi di sini ada kelemahan Abu Dzar yang dideteksi oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka beliau memperingatkan Abu Dzar untuk tidak mengurusi dua hal ini sebagai pengamalan dari cinta kepada sesama muslim, cinta kepada sahabat beliau, sebagai implementasi bahwasannya beliau telah mencapai derajat iman yang sempurna. Dan konsekuensinya adalah beliau mencintai untuk sahabat beliau apa yang beliau cintai untuk diri beliau sendiri. Beliau ingin selamat di akhirat. Maka beliau ingin agar Abu Dzar juga selamat di akhirat dengan tidak mengurus dua hal ini. Jadi hadits ini juga menunjukkan bahwasannya kalau kita mendapati saudara kita ada kekuranga/kelemahan, maka hendaknya kita berusaha meluruskan/memperbaiki, membuat dia lebih baik lagi, termasuk dengan mengingkari kesalahan dia jika dia salah. Karena kita tentunya juga ingin kalau saudara kita selamat di akhirat, ingin hisab dia di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berat. Sebagaimana kita juga ingin seperti itu. Kita ingin selamat di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita ingin selamat di akhirat. Maka kalau kita mendapatkan saudara kita melakukan suatu kesalahan atau berada pada kondisi yang tidak baik, maka kita berusaha untuk menyelamatkan diri, menegur dia, menasehati dia. Ini termasuk juga poin pembahasan hadits ini. Hadits ini juga punya pesan tersirat. Kalau pesan tersuratnya adalah kita harus mencintai untuk saudara kita apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri, pesan tersiratnya adalah kita harus membenci untuk saudara kita apa yang kita benci untuk diri kita sendiri. Jadi, kalau kita tidak suka untuk dizalimi, dihina, direndahkan, maka kita tidak boleh melakukan hal itu untuk saudara-saudara. Kita juga harus membenci hal itu untuk saudara kita, jangan lakukan itu kepada saudara kita. Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam mengatakan الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ، وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ “Seorang muslim adalah saudara untuk muslim yang lain. Janganlah dia mendzaliminya, janganlah dia merendahkannya, janganlah dia menghinakannya.” HR. Muslim Ini semua dilarang. Dan ini selaras dengan hadits yang menjadi pembahasan kita hari ini. Kita semuanya tidak suka kalau kita diperlakukan dengan tiga hal tadi itu; didzalimi, direndahkan, dihinakan, kita tidak suka itu. Maka kita juga harus membenci hal itu untuk saudara kita. Tidak boleh kita melakukan hal itu untuk saudara kita sesama muslim. Juga dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadits yang masyhur dari Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullahu Ta’ala dengan sanad yang shahih. Dari Abu Umamah Radhiyallahu Anhu Bahwasanya ada seorang pemuda yang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian beliau mengatakan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam يَا رَسُولَ اللَّهِ ، ائْذَنْ لِي بِالزِّنَا “Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk berzina.” Subhanallah, beliau jujur, beliau tidak bisa menyembunyikan gelora muda beliau. Memang anak muda itu syahwatnya sedang kuat-kuatnya. Makanya kalau ada anak muda yang bisa mengontrol imannya, bisa memenangkan iman diatas syahwatnya, bisa memenangkan akal sehat diatas syahwatnya, itu adalah sebuah prestasi yang kemudian orang yang melakukan itu dipuji oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam sabda beliau شاب نشأ في طاعة الله “Diantara 7 golongan yang akan mendapatkan perlindungan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat adalah pemuda yang tumbuh di atas ketaatan.” Pemuda yang bisa menaklukkan syahwatnya, pemuda yang bisa mengalahkan syahwatnya dengan kuatnya iman dan akal sehat. Pemuda ini terus terang mengatakan kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam minta izin, “Yaa Rasulullah, izinkan aku untuk berzina.” Maka para sahabat marah, mengingkari dia dengan keras. Tapi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang mereka untuk menyikapi sahabat ini dengan keras. Tapi beliau mengajak pemuda untuk diskusi. Dia katakan, “Apakah engkau rela ibumu dizinai oleh orang lain?” Maka dia mengatakan, “Tidak wahai Rasulullah.” Dan orang-orang juga tidak rela kalau ibu mereka dizinai. Terus kemudian bertanya lagi, “Apakah engkau rela hal ini terjadi pada anak perempuanmua?” Lagi-lagi sahabat ini mengatakan “Tidak Rasulullah, aku tidak rela kalau putriku dizinai.” Dan tidak ada seorangpun yang rela kalau putrinya dizinai. “Apakah engkau rela jika ini terjadi pada saudarimu? Apakah engkau rela jika hal ini terjadi pada bibimu?” Dan semuanya dijawab oleh pemuda ini dengan mengatakan, “Tidak wahai Rasulullah, aku tidak rela kalau itu terjadi pada saudariku, bibiku.” Dan orang-orang juga tidak rela kalau itu terjadi pada keluarga mereka. Di sini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajak pemuda ini untuk menyempurnakan imannya. Beliau mengajak pemuda ini untuk mengamalkan sebuah tanda iman yang sempurna. Yaitu mencintai untuk saudara kita sesama muslim apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri. Dan membenci untuk saudara kita sesama muslim apa yang benci untuk diri kita sendiri. Kalau kita tidak rela zina itu terjadi pada ibu kita, putri kita, saudari kita, bibi kita, maka bagaimana kita rela hal tersebut terjadi pada ibunya orang lain, putrinya orang lain, saudari orang lain, bibinya orang lain. Dan tidak ada wanita di dunia ini kecuali mereka memiliki salah satu sifat itu. Apakah itu ibunya teman kita, atau dia adalah putri dari salah seorang muslim atau dia adalah saudarai dari muslim nun jauh di sana, dan seterusnya. Maka kalau kita tidak rela itu terjadi pada keluarga kita, maka kita juga tidak boleh rela hal itu terjadi pada orang lain. Kita harus hindari itu. Kemudian Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam memegang pemuda ini dan mendoakannya agar diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diberikan taufik dalam kehidupannya. Kalau sampai kita tidak mempraktekkan hal ini, maka konsekuensinya adalah kita masih berdosa, kita masih belum memiliki kesempurnaan iman yang wajib, masih ada yang banyak kita perbaiki dalam kehidupan kita. Dan juga celaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Muthaffifin وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ ﴿١﴾ Wail adalah lembah di jahanam. Menurut penafsiran yang lain dia adalah “celaka”. Untuk siapa? Untuk orang-orang yang mengurangi. Apa maksudnya mengurangi? Ditafsirkan dalam ayat yang selanjutnya الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ ﴿٢﴾ “Mereka adalah orang-orang yang kalau orang lain menakar untuk mereka, mereka ingin diberikan haknya secara sempurna.” QS. Al-Mutaffifin[83] 2 وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ ﴿٣﴾ “Tapi kalau giliran mereka yang menakar atau mereka yang menimbang, maka mereka mengurangi.” QS. Al-Mutaffifin[83] 3 Jadi kalau berbicara tentang hak, mereka kuat menuntut, harus penuh, harus lengkap, tidak boleh dikurangi. Tapi ketika berbicara tentang kewajiban mereka seenaknya sendiri, timbangan mereka kurangi, takaran tidak mereka penuhi, hati-hati kalau sampai kita seperti itu. Berarti kita belum mewujudkan sifat mukmin yang tadi itu. Mencintai untuk saudara kita apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri dan membenci untuk mereka apa yang kita benci untuk diri kita sendiri. Simak penjelasan selanjutnya pada menit ke-2705 Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Hadits Arbain Ke 13 – Hadits Tentang Cinta Dan Kesempurnaan Iman Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Lihat juga Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama ini ke Jejaring Sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter, Google+ dan yang lainnya. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Anda. Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui Facebook Pencarian hadits tentang cinta dalam diam, hadist tentang cinta wanita, hadist tentang cinta beserta arabnya, hadist tentang cinta arab, hadist tentang cinta kepada lawan jenis, hadits tentang perasaan, hadist tentang cinta kepada lawan jenis beserta arab dan artinya, hadits tentang mengungkapkan perasaan, hadits tentang cinta kepada sesama muslim, hadits tentang cinta arbain nawawi, hadits tentang cinta dalam Islam. Kumpulanhadits lengkap, hadits shahih, hadits arbain, hadits bukhari, hadits muslim, hadits abu dawud, hadits tirmidzi, hadits nasai, hadits ibnumajah. Baca Al Quran. Bantu kamu menghafal dan mengkhatamkan alquran. Cukup dengan beritahu sahabat Anda tentang keberadaan website ini (Insha Allah berguna), dan pastikan untuk mendoakan kami di Iman adalah dasar dari setiap agama. Bagi umat Islam, memahami dasar-dasar iman adalah kewajiban yang harus dipelajari dan dipahami. Salah satu cara untuk mempelajari dasar-dasar iman adalah melalui hadits Arbain tentang Hadits Arbain tentang iman adalah kumpulan hadits sebanyak empat puluh yang memuat tentang dasar-dasar iman yang harus dipahami oleh setiap muslim. Kumpulan hadits ini disusun oleh Imam Nawawi, seorang ulama dari abad ke-13. Hadits Arbain tentang iman sangat terkenal dan dipelajari oleh umat Islam di seluruh dunia. Hadits-hadits dalam kumpulan ini berisi tentang berbagai macam topik, seperti keimanan kepada Allah, rasul, hari akhir, dan lain sebagainya. Melalui hadits Arbain tentang iman, umat Islam dapat memahami dasar-dasar iman secara mendalam. Alasan Pentingnya Memahami Dasar-dasar Iman Memahami dasar-dasar iman sangat penting bagi umat Islam karena iman adalah fondasi dari setiap aspek kehidupan. Tanpa iman yang kuat, sulit bagi seseorang untuk menjadi muslim yang baik dan benar. Selain itu, memahami dasar-dasar iman juga membantu umat Islam untuk menghindari kesalahan yang bisa merusak iman mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali ada banyak godaan dan cobaan yang bisa menggoyahkan iman seseorang. Namun, jika seseorang memahami dasar-dasar iman dengan baik, maka ia akan lebih mudah untuk menghadapi godaan dan cobaan tersebut. Beberapa Hadits Arbain tentang Iman yang Penting untuk Dipahami Berikut adalah beberapa hadits Arbain tentang iman yang penting untuk dipahami oleh setiap muslimHaditsArti“Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan telah mengenal Allah, maka ia akan masuk surga.”Hadits ini mengingatkan pentingnya mengenal Allah dan hidup dalam keadaan iman sepanjang waktu.“Tidak beriman seseorang kamu, sehingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.”Hadits ini mengajarkan pentingnya persaudaraan dalam Islam dan bagaimana cara menjadi muslim yang baik.“Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka baiklah seluruh tubuh, jika buruk maka buruklah seluruh tubuh. Itulah hati.”Hadits ini mengajarkan pentingnya menjaga hati dan pikiran agar selalu dalam keadaan yang baik. Kesimpulan Hadits Arbain tentang iman adalah kumpulan hadits yang sangat penting untuk dipelajari oleh setiap muslim. Melalui hadits Arbain tentang iman, umat Islam dapat memahami dasar-dasar iman yang harus dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Memahami dasar-dasar iman sangat penting bagi umat Islam karena iman adalah fondasi dari setiap aspek kehidupan. Dengan memahami dasar-dasar iman dengan baik, umat Islam dapat menjadi muslim yang baik dan benar serta dapat menghadapi godaan dan cobaan dengan lebih mudah. Oleh karena itu, bagi setiap muslim, mempelajari dan memahami hadits Arbain tentang iman adalah suatu kewajiban yang harus video ofHadits Arbain tentang Iman – Mengetahui dan Memahami Dasar-dasar Iman

Dankitab Al Arbain An Nawawiyah memuat tentang itu semua. Baca: Toko Kitab Online (Makna Pesantren dan Makna Pegon Jawa) Kitab Al Arbain An Nawawiyah dalam susunannya berbeda dengan Kitab Riyadlus Shalihin dan Al Adzkar, yang keduanya merupakan kitab yang disusun oleh Imam Nawawi dalam kajian ilmu hadits pula.

Segala puji hanya bagi Allah, yang telah menurunkan kitab Al-Quran yang lurus kepada hamba-Nya yang tidak ada kebengkokan di dalamnya. Ya Allah, semoga Engkau limpahkan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang baik hingga hari kiamat. Telah dijelaskan pada artikel sebelumnya penjelasan hadits kedua dari kitab arbain nawawi yakni tentang Islam. Pada artikel ini akan kita lanjutkan pembahasan hadits tersebut yakni tentang Iman. 1. Apa itu Iman? Iman berarti membenarkan, mengakui, atau mempercayai dengan pasti tanpa adanya keraguan yang mengharuskan adanya penerimaan dan ketundukan. Menurut ahlusunnah wal jama’ah iman itu terdiri dari 3 unsur yang tidak dapat dipisiahkan, yakni Keyakinan Ucapan Perbuatan Allah ta’ala berfirman إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. QS. Al-Hujurat 15 Orang yang beriman adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan tidak ada keraguan di dalam hatinya sedikitpun. Ayat ini menunjukkan bahwa keyakinan hati adalah bagian dari iman. إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ﴿٢﴾ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ﴿٣﴾ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka karenanya, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. QS. Al-Anfal 2-4 Ayat diatas menyatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang ketika disebut nama Allah maka bergetarlah hati mereka. Ini menunjukkan bahwa perbuatan hati adalah bagian dari iman. Demikian pula mendirikan shalat dan berinfak. Ini juga menunjukkan bahwa perbuatan anggota badan juga bagian dari iman. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ - أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ - شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ Iman itu ada 70 lebih cabang – atau 60 lebih – yang paling utama adalah ucapan “Laa ilaaha illallaah” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah cabang dari iman. HR. Muslim 35 Hadits ini juga menunjukkan bahwa iman itu terdiri dari keyakinan hati, ucapan, dan perbuatan. Mengucapkan laa ilaaha illallaah adalah dengan ucapan, menyingkirkan gangguan dari jalan adalah dengan perbuatan, sedangkan malu adalah dengan hati. Iman dapat bertambah dengan ketaatan dan dapat berkurang dengan kemaksiatan. Allah ta’ala berfirman الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ Yaitu orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". QS. Ali Imran 173 Keyakinan bahwa iman bisa bertambah dan berkurang adalah aqidah ahlusunnah wal jama’ah. Siapa yang mengatakan iman tidak bisa bertambah dan tidak bisa berkurang maka ia adalah pelaku bid’ah. Kesimpulannya iman itu terdiri dari keyakinan, ucapan, dan perbuatan dan ia bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Oleh karena itu maka dapat dikatakan Siapa yang meyakini dan mengucapkan saja tetapi ia meninggalkan amal sementara ia mampu melakukannya maka dia bukanlah orang yang beriman. Siapa yang meninggalkan sebagian amal maka bisa jadi ia kafir bisa jadi ia kurang imannya. Apabila yang ditinggalkan adalah shalat maka ia kafir, apabila yang ditinggalkan selain shalat berarti ia orang yang kurang keimanannya. Siapa yang meyakini saja namun tidak mengucapkan dua kalimat syahadat dan beramal maka dia bukanlah orang yang beriman. Karena Abu Thalib pun mengakui dan meyakini kerasulan keponakannya akan tetapi keyakinannya itu tidak menjadikan ia sebagai seorang mukmin. Siapa yang mengucapkan dan beramal saja tetapi tidak meyakini di dalam hatinya maka dia juga bukan orang yang beriman. Bahkan ia adalah orang munafik yang Allah tempatkan di neraka yang terdalam. 2. Berkumpulnya Antara Islam dan Iman Dari pembahasan Islam dan Iman yang telah kita ketahui bersama maka wajib bagi kita untuk menggabungkan antara Islam dan Iman. Yakni Islam secara lahir dan Iman secara batin. Apabila hanya berislam saja tanpa adanya iman maka ini adalah munafik. Karena orang munafik berislam secara lahir akan tetapi tidak ada keimanan di dalam hati mereka. Mereka melaksanakan rukun Islam, seperti bersyahadat, shalat, puasa, zakat dan haji akan tetapi tidak ada iman di dalam hati mereka. Oleh karena itulah mereka ditempatkan oleh Allah di neraka yang paling dalam. Allah ta’ala berfirman إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. QS. An-Nisa 145 3. Rukun Pertama Iman kepada Allah Beriman kepada Allah mencakup 4 perkara yang tidak boleh dipisahkan, yakni Beriman dengan wujud-Nya Beriman dengan rububiyyah-Nya Beriman dengan uluhiyyah-Nya Beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya Pertama, beriman dengan wujud-Nya. Yakni seorang hamba beriman bahwa Allah adalah Rabb yang wujud. Iman dengan wujud Allah ini adalah fitrah semua manusia. Tak ada satupun yang mengingkari wujud Allah bahkan Firaun sekalipun. Musa berkata pada Firaun قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزَلَ هَٰؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ Musa menjawab "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata QS. Al-Isra 102 Kedua, beriman dengan rububiyyah-Nya. Yakni seorang hamba beriman bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb yang merajai, menciptakan, dan mengatur alam semesta. Allahlah satu-satunya yang menghidupkan dan mematikan. Allah ta’ala berfirman إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan diciptakan-Nya pula matahari, bulan dan bintang-bintang masing-masing tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. QS. Al-A’raf 54 Ketiga, beriman dengan Uluhiyyah-Nya. Yakni seoang hamba beriman bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak di sembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah ta’ala berfirman شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia yang berhak disembah, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian itu. Tak ada Tuhan melainkan Dia yang berhak disembah, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS. Ali Imran 18 Keempat, beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Yakni seorang hamba beriman bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang mulia dan sempurna serta tidak sama dengan makhluk-Nya. Wajib bagi kita untuk beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat yang telah Allah dan rasul tetapkan untuk Allah sendiri. Allah ta’ala berfirman اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ Dialah Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna nama-nama yang baik QS. Thaha 8 Tidak boleh kita memalingkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya kepada yang nama atau sifat lain atau menelantarkan dalil-dalil yang membicarakan tentang sifat-sifat Allah. Allah ta’ala berfirman وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya. QS. Al-A’raf 180 Tidak boleh juga kita bertanya-tanya tentang bagaimana sifat-sifat Allah atau menyerupakan sifat Allah dengan makhluk-Nya. Allah ta’ala berfirman لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. QS. Asy-Syura 11 4. Rukun Kedua Iman kepada Malaikat Yakni beriman bahwa malaikat adalah salah satu diantara makhluk Allah dan tentara-tentara Allah yang Allah ciptakan dari cahaya. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ Malaikat diciptakan dari cahaya HR. Muslim 2996 Malaikat adalah salah satu makhluk ghaib yang Allah ciptakan. Malikat itu bemacam-macam yang setiap macamnya memiliki tugas tersendiri yang Allah serahkan pada mereka. Seperti Jibril yang Allah tugaskan untuk menyampaikan wahyu, Israfil yang Allah tugaskan untuk meniupkan sangkakala, dan lain-lain. Iman kepada malaikat mencakup dua hal, yakni Pertama, beriman terhadap nama-nama mereka yang disebutkan di dalam Al-Quran dan Al-Hadits yang shahih. Seperti Jibril, Mikail, dan Israfil. Kedua, beriman terhadap tugas-tugas atau pekerjaan mereka, seperti Jibril sebagai pembawa wayhu, Mikail yang ditugaskan mengurus hujan dan tumbuh-tumbuhan, Israfil yang ditugaskan meniup sangkakala, dan lain-lain. Iman kepada Malaikat terbagi menjadi dua, yaitu Pertama, beriman kepada Malaikat secara global. Yakni beriman bahwa Malaikat adalah hamba Allah dan ciptaan Allah yang diciptakan dari cahaya. Mereka adalah ruh-ruh yang suci dan mulia yang Allah jadikan di sisi-Nya, yakni di langit. Kemudian Allah tugaskan mereka ke bumi, maka merekapun turun atas izin dari Allah. Allah ta’ala berfirman تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. QS. Al-Qadr 4 Kedua, beriman kepada Malaikat secara rinci. Yakni beriman terhadap Malaikat yang dikabarkan oleh Allah di dalam Al-Quran dan yang dikabarkan oleh Nabi shallallaahu alaihi wasallam dalam Al-Hadits, baik itu nama-namanya, sifat-sifatnya, maupun tugas-tugasnya. 5. Rukun Ketiga Iman kepada Kitab-kitab Yakni beriman bahwa Allah menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya, yang mana kitab-kitab itu adalah kalam-Nya, wahyu-Nya, yang di dalamnya terdapat syariat Allah, perintah-Nya dan larangan-Nya. Allah ta’ala berfirman كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ Manusia itu adalah umat yang satu. setelah timbul perselisihan, maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab QS. Al-Baqarah 213 Kitab-kitab tersebut Allah turunkan untuk menerangkan antara yang benar dan salah, dan memberi petunjuk pada manusia. Kitab-kitab itu sangatlah banyak dan tidak ada yang mengetahuinya selain Allah. Iman kepada kitab-kitab Allah mencakup 4 hal Pertama, beriman bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar diturunkan oleh Allah kepada para utusan-Nya. Kedua, beriman terhadap semua yang dikabarkan oleh kitab-kitab tersebut selama kabar tersebut tidak diubah-ubah. Terutama Al-Quran, karena ia adalah kitab yang terjaga dari perubahan, penambahan, dan pengurangan. Ketiga, beriman dengan hukum-hukum syariat yang ada di dalam kitab tersebut, termasuk syariat kitab sebelum Al-Quran yang tidak menyelisihi dalam syariat Al-Quran. Keempat, beriman terhadap nama-nama kitab yang telah kita ketahui namanya dari Al-Quran, Al-Hadits yang shahih, atau kabar yang shahih seperti Taurat, Injil, Zabur, Al-Quran, Shuhuf Ibrahim dan Shuhuf Musa. Masih banyak lagi kitab-kitab yang tidak Allah kabarkan kepada kita, dan kita juga wajib mengimaninya. 6. Rukun Keempat Iman kepada Para Rasul Yakni beriman kepada seluruh utusan Allah mulai utusan pertama hingga utusan yang terakhir, baik yang namanya kita ketahui maupun tidak. Tidak boleh mengimani sebagian dan kufur pada sebagian yang lain, karena itu adalah kekufuran yang hakiki. Allah ta’ala beriman إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا ﴿١٥٠﴾ أُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara keimanan kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian yang lain", serta bermaksud dengan perkataan itu mengambil jalan tengah di antara yang demikian iman atau kafir, merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya QS. An-Nisa 150-151 Rasul yang pertama kali diutus adalah Nuh alaihissalam, sementara Nabi yang pertama adalah Adam alaihissalam. Diantara Adam dan Nuh terdapat Nabi-nabi, hanya saja Rasul yang pertama adalah Nuh alaihissalam. Allah ta’ala berfirman إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya QS. An-Nisa 163 Adapun Rasul yang terakhir adalah Muhammad shallallaahu alaihi wasallam. Allah ta’ala berfirman مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. QS. Al-Ahzab 40 Iman kepada para Rasul mencakup dua hal, yakni Pertama, beriman secara menyeluruh bahwa Allah mengutus para utusan-Nya untuk mendakwahkan tauhid pada kaumnya, dan mereka menyampaikan apa yang diperintagkan kepada mereka, dan Allah menguatkan mereka dengan mukjizat, bukti-bukti, dan ayat-ayat yang menunjukkan benarnya mereka. Kedua, beriman secara rinci. Yakni beriman dengan keadaan mereka bersama kaumnya, nama-nama mereka seperti Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad, dan kitab-kitab yang mereka bawa, dan lain-lain. 7. Rukun Kelima Iman kepada Hari Akhir Yakni beriman bahwa hari akhir pasti terjadi dan kita akan menjumpai hari tersebut. Seluruh manusia akan dibangkitkan dari kuburnya dan akan menghadap Allah Rabbnya semesta alam. Allah ta’ala berfirman وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. QS. Al-Hajj 7 Maka wajib bagi seorang mukmin untuk mempersiapkan bekal dengan amal shalih untuk menghadapi hari tersebut. Beriman dengan hari akhir mencakup empat hal, yakni Pertama, beriman bahwa hari akhir pasti terjadi dan Allah akan membangkitkan setiap manusia yang berada di dalam kuburannya. Mereka akan Allah hidupkan kembali ketika sangkakala ditiupkan dan manusia akan berdiri menghadap Allah tuhan semesta alam. Kedua, beriman terhadap segala sesuatu yang Allah sebutkan di dalam Al-Quran dan yang disebutkan oleh Nabi dalam hadits yang shahih tentang hari akhir. Ketiga, beriman terhadap apa yang ada di hari akhir seperti haud, syafaat, shirat, surga, dan neraka. Keempat, beriman dengan nikmat dan siksa kubur. 8. Rukun Keenam Iman kepada Qodar Baik dan Buruk Qodar adalah segala sesuatu yang telah Allah takdirkan hingga datangnya hari kiamat. Tidaklah segala sesuatu itu terjadi melainkan dengan qadar-Nya. Allah ta’ala berfirman إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran QS. Al-Qomar 49 Beriman kepada qodar mencakup empat perkara, yakni Pertama, beriman dengan ilmunya Allah yang azali, abadi dan meliputi segala sesuatu. Yakni beriman bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik yang sedang terjadi maupun yang akan datang. Allah ta’ala berfirman وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu QS. Al-Baqarah 282 Kedua, beriman bahwa Allah menulis segala sesuatu yang akan terjadi di hari kiamat di lauhul mahfuz. Allah ta’ala berfirman إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُّبِينٍ Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata Lauh Mahfuzh. QS. Yasin 12 Ketiga, beriman bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki Allah pasti tidak akan terjadi. Allah ta’ala berfirman وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya QS. Al-An’am 112 Keempat, beriman bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan takdir yang sudah ditentukan, baik itu waktunya, ukurannya, sifatnya dan lain sebagainya. Allah ta’ala berfirman وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. QS. Al-Furqon 2 Demikianlah penjelasan hadits arbain ke 2 yakni hadits tentang islam, iman, dan ihsan pembahasan iman. Insya Allah akan dilanjut pada pembahasan ihsan pada artikel selanjutnya. Semoga Allah jadikan kita hamba beriman yang hakiki. Amiin. SEKILAS TENTANG KITAB HADITS ARBA'IN NAWAWI Hadits Arbain An-Nawawi Kitab hadits Arbain an-Nawawi merupakan kitab yang menghimpun hadits-hadits penting yang termasuk Jawami al-Kalim singkat tapi padat makna. Kitab ini berukuran kecil dan tidak asing di tengah kaum Muslimin, bahkan banyak dihafal oleh para penuntut ilmu di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut karena walaupun kitab ini kecil, namun sarat dengan nilai-nilai dasar Syariat Islam yang sangat penting, yang hanya memuat 42, hadits namun merupakan intisari ajaran Islam. Oleh karena itu, kami menyajikan buku ini untuk Anda, dalam format memuat matan hadits Arbain an-Nawawi dan terjemahnya, berikut intisari kandungan hadits berdasarkan syarah Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, yang disajikan dengan bahasa yang lugas dan jelas, simpel dan praktis, yang menjadikan buku ini cocok untuk dibaca oleh semua kalangan, baik tua maupun muda, kalangan terpelajar maupun masyarakat awam. Buku ini adalah rujukan primer bagi kaum Muslimin, bahkan patut dimasyarakatkan agar Anda berminat memiliki kitab ini, dapatkan dengan mengklik gambar di bawah ini Refrensi Al-Arbaun An-Nawawiyyah Imam An-Nawawi Jamiul Ulum wal Hikam Ibnu Rajab Syarah Al-Arbain An-Nawawiyyah Al-Utsaimin Syarah Al-Arbain An-Nawawiyyah Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh Al-Minhatur Rabbaniyyah fii Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah Shalih Al-Fauzan Sholattersebut memiliki syarat-syarat sah, rukun, dan kewajiban-kewajiban, serta sunnah-sunnah. Syarat sah sholat: 1) Suci dari hadats besar dan kecil 11. 2) Suci dari najis pada tubuh, pakaian, dan tempat sholat 12. 3) Menutup aurat, bagi pria: dari pusar hingga lutut. Wanita: seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan.
Kali ini kita melanjutkan lagi pembahasan hadits Jibril, hadits kedua dari Hadits Arbain An-Nawawiyah karya Imam Nawawi rahimahullah. Sebelumnya yang dikali adalah perihal rukum Islam. Kali ini yang dikaji adalah perihal rukun iman. Lanjutan dari hadits Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu, وَقاَلَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَمِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ ، وَتَحُجَّ البَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً . Selanjutnya ia berkata, “Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.” قَالَ صَدَقْتَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ Orang itu berkata, “Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya. Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang tadi berkata, “Engkau benar.” HR. Muslim, no. 8 Pelajaran Bagian Kedua dari Hadits 02 Hadits ini menunjukkan keutamaan Islam. Dan sepatutnya apa yang pertama kali ditanyakan oleh seseorang adalah tentang Islam. Oleh karena itu, ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam hendak mengirim para utusan untuk berdakwah kepada Allah, beliau memerintahkan mereka untuk memulai dakwah tersebut dengan persaksian “Laa ilaha illallah wa anna Muhammadar Rasulullah”, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Rukun Islam itu ada lima sebagaimana disebutkan dalam hadits ini, dan dikuatkan pula dengan hadits Ibnu Umar radhiyallahu anhuma pada hadits nomor ketiga dari kumpulan hadits Al-Arba’in An-Nawawiyah. Keutamaan shalat, dan bahwa shalat didahulukan sebelum rukun-rukun lainnya setelah dua kalimat syahadat syahadatain. Anjuran untuk mendirikan shalat dan melaksanakannya istiqamah terus menerus, dan shalat termasuk salah satu rukun Islam. Menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah termasuk rukun Islam. Perpindahan dari perkara lebih rendah ke perkara yang lebih tinggi yaitu dari Islam ke Iman. Semua orang bisa berislam dengan melakukan amalan lahiriyah sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang artinya, “Orang-orang Arab Badui itu berkata, Kami telah beriman.’ Katakanlah kepada mereka, Kamu belum beriman, tetapi katakanlah Kami telah tunduk berislam.’” QS. Al-Hujurat 14. Adapun iman adalah perkara batin dalam hati. Islam dan Iman masuk dalam istilah para ulama, “Idzajtama’a iftaroqo, wa idza iftaraqa ijtama’a”, jika kedua kata tersebut disebutkan berbarengan, maknanya berbeda; namun jika kedua tersebut disebutkan secara terpisah, maka maknanya sama. Jika Islam dan Iman disebutkan bersamaan, maka yang dimaksud Islam adalah amalan lahiriyah sedangkan Iman adalah amalan batin berupa keyakinan-keyakinan hati. Rukun iman itu ada enam. Keenam rukun iman ini jika dijalankan dengan benar, maka akan mewariskan kepada pemiliknya kekuatan untuk memohon dalam melaksanakan ketaatan dan rasa takut kepada Allah. Barangsiapa mengingkari salah satu dari rukun iman, ia telah kafir, karena ia telah mendustakan apa yang telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Kita harus menetapkan adanya malaikat dan wajibnya beriman kepada para malaikat. Malaikat itu berbentuk jasad. Contohnya saja malaikat Jibril dalam wujud aslinya memiliki 600 sayap yang menutupi ufuk. Keliru jika mengatakan bahwa malaikat hanya berupa ruh saja, tidak memiliki jasad. Keliru juga jika mengatakan bahwa malaikat adalah kiasan untuk kekuatan kebaikan yang ada dalam diri manusia, sedangkan setan adalah kiasan untuk kekuatan kejahatan. Kita harus beriman kepada seluruh Rasul. Jika seseorang beriman kepada Rasulnya saja dan mengingkari Rasul selainnya, maka berarti ia belum beriman kepada Rasulnya, bahkan dia termasuk orang kafir. Kita harus beriman pada hari Akhir yang disebut hari kiamat, di mana manusia dibangkitkan dari kubur mereka untuk dilakukannya hisab perhitungan dan diberi balasan, yang berakhir dengan tinggalnya penduduk surga di tempat mereka dan juga penduduk neraka di tempatnya. Wajib kita beriman pada takdir yang baik dan yang buruk. Takdir itu tidak berisi sesuatu yang buruk, yang buruk hanya pada yang telah ditakdirkan maqdur. Penjelasan hal ini adalah bahwa perkara takdir yang berkaitan dengan perbuatan Allah seluruhnya baik. Mengapa Allah menakdirkan kejelekan? Karena ada hikmah di balik itu seperti 1 agar kebaikan dapat dikenal; 2 supaya manusia menyandarkan diri pada Allah; 3 supaya manusia bertaubat kepada-Nya setelah ia berbuat dosa; 4 banyak meminta perlindungan kepada Allah dari keburukan dengan berdzikir dan berdoa; 5 ada maslahat besar di balik kesulitan atau musibah yang menimpa. Keburukan disandarkan pada makhluk, bukan disandarkan pada Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Kejelekan tidaklah disandarkan kepada-Mu.” HR. Muslim Kita tidak boleh menjadikan qadha dan qadar Allah sebagai alasan untuk meninggalkan perintah dan melakukan larangan-Nya. Allah telah memiliki hujjah atas kita melalui kitab-kitab yang diturunkan dan rasul yang diutusnya. Dalam ayat disebutkan yang artiya, “Allah tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” QS. Al-Anbiya’ 23 Allah tidaklah memaksa seorang pun untuk mengerjakan kemaksiatan atau meninggalkan ketaatan, manusia tetap punya pilihan. Ada dua macam iradah kehendak, yaitu iradah kauniyyah dan iradah syar’iyyah. Iradah kauniyyah adalah iradah yang semakna dengan masyiah kehendak yang pasti terjadi. Iradah syar’iyyah adalah iradah yang semakna dengan mahabbah kecintaan. Iradah kauniyyah itu pasti terjadi namun belum tentu Allah cintai. Sedangkan iradah syari’iyah itu kehendak Allah yang Dia cintai tetapi tidak mesti terjadi. Contoh, berimannya Abu Bakar Ash-Shiddiq terdapat di dalamnya iradah kauniyyah karena hal itu terjadi dan terdapat pula iradah syar’iyah karena beriman itu dicintai Allah. Sedangkan kafirnya Fir’aun terjadi secara iradah kauniyyah, namun tidak dicintai oleh Allah. Semoga bermanfaat. Bersambung insya Allah pada rincian rukun Iman. Referensi Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Syarh Lum’ah Al-I’tiqad. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah. — Disusun di Pesantren Darush Sholihin, Jumat siang, 14 Shafar 1439 H Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
HadisJibril (bahasa Arab: حديث جبرائيل ‎, Hadīts Jibraīl) adalah sebuah hadis yang memuat definisi tentang Islam, Iman, Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat menurut akidah umat Islam.Hadis ini diriwayatkan dari sahabat Umar bin Al-Khaththab dan Abu Hurairah.Hadis ini dapat ditemukan di kedua kitab Shahihain, Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, juga Arbain Nawawi hadits ke-2. Alhamdulillah, kita memuji, memohon pertolongan, dan memita ampun hanya kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya hingga hari kiamat. Pada artikel ini, kita akan mengkaji bersama hadits kedua dari kitab arba'in nawawi, yaitu hadits tentang islam iman dan ihsan. Lalu kita akan mengetahui apa maksud dari hadits tersebut, serta faedah apa saja yang dapat kita ambil. A. Hadits Tentang Islam, Iman dan Ihsan عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَيضاً قَال بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَاب شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النبي صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ الله، وَتُقِيْمَ الصَّلاَة، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً قَالَ صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِالله، وَمَلائِكَتِه، وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآَخِر، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِها، قَالَ أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرى الْحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثَ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ اللهُ وَرَسُوله أَعْلَمُ، قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ B. Terjemahan Hadits Dari Umar radhiyallaahu anhu juga ia berkata Ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam. Padanya tidak tampak bekas perjalanan jauh dan tidak ada diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menyandarkan kedua lututnya pada lututnya Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, seraya berkata “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam!” Maka Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda “Islam adalah engkau bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikkan zakat, puasa Ramadhan, dan haji jika mampu.” Kemudian dia berkata “Engkau benar!” Kamipun terheran, dia sendiri yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi “Beritahukan aku tentang Iman!” Lalu beliau bersabda “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk” Kemudia dia berkata “Engkau benar!” Kemudian dia berkata lagi “Beritahukan aku tentang ihsan!” Lalu beliau bersabda “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau.” Kemudian dia berkata “Beritahukan aku tentang hari kiamat kapan kejadiannya.” Beliau bersabda “Yang ditanya tidak lebih tahu dari pada yang bertanya.” Dia berkata ”Beritahukan aku tentang tanda-tandanya!“ Beliau bersabda “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya.“ Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau bertanya “Tahukah engkau siapa yang bertanya?”. Aku berkata “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau bersabda “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.“ C. Penjelasan Hadits Tentang Islam Iman dan Ihsan 1. Sekilas Tentang Isi Hadits Ini Hadits ini adalah hadits yang sangat agung. Hadits ini menjelaskan tentang agama secara menyeluruh, mulai dari rukun Islam, rukun Iman, Ihsan, dan juga dijelaskan tentang tanda-tanda hari kiamat. Karena itulah, setelah Nabi shallallaahu alaihi wasallam menjelaskan tentang Islam, Iman dan Ihsan, diakhir kata beliau bersabda فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.“ Hadits ini merupakan kumpulan ilmu dan pengetahuan yang semuanya akan kembali kepada hadits ini dan tercakup di bawahnya. Apabila para ulama membahas ilmu maka mereka tidak keluar dari cakupan hadits ini. Dalam hadits ini juga dijelaskan bahwa dalam beragama seseorang memiliki beberapa tingkatan, yakni ada yang berada di tingkat muslim, kemudian mukmin, dan yang tertinggi adalah muhsin. 2. Apa Itu Islam? Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam menjelaskan bahwa hakikat Islam adalah bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikkan zakat, berpuasa Ramadhan, dan haji ke baitullah bagi yang mampu. Kelima perkara ini merupakan rukun yang wajib ditunaikkan dengan keyakinan di dalam hati. Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan dalam Islam lainnya. Karena mengerjakan kewajiban dan meninggalkan larangan lainnya merupakan penyempurna dari kelima rukun tersebut. Rukun-rukun tersebut merupakan pondasi berdirinya Islam, kemudian barulah datang amalan-amalan lainnya baik yang bersifat wajib maupun sunnah. Apabila kita meninggalkan rukun ini maka amalan lainnya baik yang bersifat wajib maupun sunnah tidak akan bermanfaat. Kelima rukun tersebut bukanlah Islam secara menyeluruh, karena ia hanyalah rukun dan tiang-tiangnya Islam. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ Islam dibangun di atas lima perkara yaitu syahadat bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikkan zakat, haji, dan puasa Ramadhan. HR. Bukhari 8 Islam itu luas, ia mencakup semua yang diperintahkan oleh Allah dan yang menjadi larangan-Nya. Maka dari itu, apabila kita tinggalkan salah satu dari rukun tersebut maka Islam kita tidaklah sah. Namun, apabila kita tinggalkan selain dari rukun-rukun tersebut maka Islam kita tetap sah, hanya saja tidak sempurna tergantung banyaknya perkara dalam Islam yang ditinggalkan. Secara menyeluruh Islam dapat diartikan “Berserah diri kepada Allah azza wa jalla dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari kesyirikan serta pelakunya.” 3. Rukun Pertama Dua Kalimat Syahadat Apa itu Syahadat? Syahadat berarti menyatakan apa yang ada di dalam hati dengan lisannya, karena syahadat adalah ucapan dan pemberitahuan tentang apa yang ada di dalam hati. Syahadat tidaklah cukup dengan lisan, karena orang munafikpun bersyahadat dengan lisannya tetapi tidak dengan hatinya. Dua kalimat syahadat ini adalah satu rukun yang tidak bisa dipisahkan. Karena apabila kita hanya bersyahadat أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ الله namun mengingkari أَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ اللهِ maka syahadatnya tidak sah. Syahadat أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ الله berarti mengharuskan keikhlasan, sedangkan syahadat أَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ اللهِ berarti mengharuskan ittiba’. Dan semua amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah tidak akan diterima kecuali dengan ikhlas dan ittiba’. Makna Dua Kalimat Syahadat Makna syahadat yang pertama “أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ الله” adalah “Aku mengakui dan meyakini bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah.” Maksud dari “لَا إِلَهَ” tidak ada tuhan bukan berarti menafikan keberadaan tuhan atau sesembahan, akan tetapi maksudnya adalah menafikan hak sesembahan. Karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa sesembahan itu sangatlah banyak, seperti pohon, batu, berhala, matahari, kuburan dan sesembahan-sesembahan batil lainnya. Namun, yang berhak untuk disembah hanya satu yaitu Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ Kuasa Allah yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah Tuhan Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. QS. Al-Hajj 62 Makna syahadat yang kedua “أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ اللهِ” adalah “Aku mengakui dan menyatakan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah yang diutus untuk seluruh manusia, dan dua golongan yakni jin dan manusia.” Pengakuan dan pernyataan kerasulan Muhammad ini harus dengan hati dan dengan lisannya. Karena siapa yang mengakui dengan lisannya saja maka ia adalah munafik. Demikian apabila mengakui dengan hatinya juga tidaklah cukup karena orang Yahudi dan Nasranipun mengakui dengan hatinya bahwa Muhammad adalah Rasulullah, akan tetapi mereka malah kufur terhadapnya dan tidak mau mengakui dengan lisannya. Allah ta’ala berfirman الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ Orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah Kami beri Al Kitab Taurat dan Injil mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. QS. Al-Baqarah 146 Maka bagi seorang yang bersyahadat dan mampu mengucapkannya dengan lisannya ia juga harus mengikrarkannya dengan lisan. Konsekwensi Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat Konsekwensi dari syahadat yang pertama adalah mengikhlaskan atau memurnikan ibadah hanya untuk Allah. Inilah yang disebut dengan tauhid uluhiyyah atau tauhid ibadah. Karena makna dari syahadat yang pertama ini adalah “Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah.” Oleh karena itu, barang siapa yang bersyahadat dengan syahadat yang pertama ini maka ia harus memurnikan ibadah untuk Allah dan menjauhi riya’ serta kesyirikan lainnya. Barang siapa yang bersyahadat dengan syahadat ini lalu ia menyembah kepada selain Allah maka ia adalah pendusta. Konsekwensi dari syahadat yang kedua adalah Pertama, membenarkan apapun yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam tanpa keraguan sedikitpun. Kedua, mengikuti perintah-perintahnya serta menjauhi larangannya dengan segenap kemampuannya tanpa pilah-pilih mana yang cocok untuk dirinya. Ketiga, mendahulukan perkataan Nabi shallallaahu alaihi wasallam dari pada perkataan manusia selainnya. Tidaklah pantas apabila telah sampai hadits Nabi kepada kita kemudian kita mengatakan “Kata Syaikh atau Imam fulan begini dan begitu” Keempat, tidak mengada-ngadakan syariat baru yang tidak disyariatkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam. Karena diantara makna syahadat yang kedua ini adalah meninggalkan bid’ah atau perkara baru dalam agama. Kelima, mengamalkan syariat Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam disertai dengan tashdiq membenarkan. Karena mengamal tanpa disertai dengan tashdiq adalah peringainya orang-orang munafik. Mereka ikut shalat, puasa, haji, bahkan jihad, akan tetapi mereka tidak membenarkan apa yang datang dari Rasulullah. Keenam, tidak meyakini adanya sifat rububiyyah di dalam diri Nabi shallallaahu alaihi wasallam. Karena ia hanyalah manusia biasa dan hamba Allah yang diutus oleh Allah. 4. Rukun Kedua Mendirikan Shalat Mengapa rukun yang kedua adalah “Mendirikan Shalat”? Mengapa tidak disebut “Shalat” saja? Karena yang dikehendaki bukan hanya melaksanakan shalat saja akan tetapi benar-benar mendirikan shalat. Dan tidaklah dikatakan mendirikan shalat hingga ia mengerjakan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, dan juga hal-hal yang diwajibkan di dalam shalat itu sendiri. Mendirikan shalat berarti Pertama, melaksanakan shalat sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam. Tidaklah dapat dikatakan mendirikan shalat apabila kita melaksanakan shalat sembarangan. Karena hal itu menyalahi sabda Nabi وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat HR. Bukhari 631 Kedua, melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Allah ta’ala berfirman إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. QS. An-Nisa’ 103 Ketiga, benar-benar tunduk dan khusyuk serta menghadirkan hatinya dalam melaksanakan shalat. Karena shalat tidak hanya sekedar gerakan dan ucapan tanpa arti. Namun, shalat adalah ibadah yang juga melibatkan kekhusyukan hati. Karena khusyuk adalah ruhnya shalat. Allah ta’ala berfirman قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ ﴿٢﴾ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya QS. Al-Mu’minun 1-2 Keempat, melaksanakan shalat di masjid secara berjamaah. Melaksanakan shalat di masjid secara berjamaah hukumnya wajib. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ، فَلَا صَلَاةَ لَهُ، إِلَّا مِنْ عُذْرٍ Barang siapa yang mendengar adzan, lalu ia tidak mendatanginya maka tidak ada shalat baginya kecuali karena uzur HR. Ibnu Majah 793 5. Rukun Ketiga Membayar Zakat Zakat merupakan hak yang diwajibkan oleh Allah ta’ala agar ditunaikkan oleh orang kaya kepada orang miskin. Allah ta’ala berfirman وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. QS. Adz-Dzariyat 19 Apabila zakat dibayarkan dengan senang hati maka Allah akan menerimanya. Namun, apabila mengingkari wajibnya zakat maka hukumnya kafir. Apabila seseorang sudah tau bahwa zakat itu wajib namun ia tidak mau membayarnya maka pemerintah wajib mengambilnya secara paksa, atau menegurnya, atau memberinya pelajaran. Apabila ada pasukan yang menghalangi pemerintah untuk mengambil zakatnya maka pemerintah wajib memeranginya hingga ia mau membayar zakatnya. 6. Rukun Keempat Puasa Bulan Ramadhan Puasa selama sebulan penuh wajib di tunaikkan oleh seorang muslim di setiap bulan Ramadhan. Allah ta’ala berfirman شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di negeri tempat tinggalnya di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu QS. Al-Baqarah 185 Namun, apabila ia berhalangan maka hendaknya ia ganti puasa itu di hari yang lain. Allah ta’ala berfirman وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain QS. Al-Baqarah 185 7. Rukun Kelima Haji Bagi yang Mampu Haji secara bahasa artinya menyengaja. Adapun secara syar’i yaitu sengaja mengunjungi baitul haram untuk menunaikkan manasik haji dan umrah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Haji dan umrah adalah ibadah yang pelaksanaannya dilaksanakan di masjidil haram dan tempat-tempat sekitarnya yang telah di tentukan. Adapun waktunya, khusus haji hanya dilaksanakan di bulan tertentu, sementara umrah bisa dilaksanakan kapanpun di sepanjang tahun. Allah ta’ala berfirman الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi QS. Al-Baqarah 197 Haji wajib ditunaikkan bagi yang mampu baik dari kemampuan harta, badan, maupun perjalanan. Allah ta’ala berfirman وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah QS. Ali Imran 97 Haji hanya diwajibkan sekali dalam seumur hidup. Di dalam hadits disebutkan, bahwa Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam berkhutbah أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ، فَحُجُّوا Wahai manusia, Allah telah mewajibkan haji pada kalian! Maka berhajilah! فَقَالَ رَجُلٌ أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللهِ؟ Lalu ada seorang lelaki bertanya “Apakah setiap tahun wahai Rasulullah?” فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلَاثًا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ، وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ Maka Rasulullah diam hingga lelaki itu bertanya tiga kali. Lalu Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda Seandainya aku mengatakan “Ya” maka akan menjadi wajib dan kalian tidak akan mampu. HR. Muslim 1337 Demikianlah pembahasan hadits tentang Islam Iman dan Ihsan dicukupkan hingga pembahasan Islam terlebih dahulu. Untuk pembahasan Iman dan Ihsan insya Allah akan kita pelajari pada artikel selanjutnya. Barakallaahufiikum. SEKILAS TENTANG KITAB HADITS ARBA'IN NAWAWI Hadits Arbain An-Nawawi Kitab hadits Arbain an-Nawawi merupakan kitab yang menghimpun hadits-hadits penting yang termasuk Jawami al-Kalim singkat tapi padat makna. Kitab ini berukuran kecil dan tidak asing di tengah kaum Muslimin, bahkan banyak dihafal oleh para penuntut ilmu di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut karena walaupun kitab ini kecil, namun sarat dengan nilai-nilai dasar Syariat Islam yang sangat penting, yang hanya memuat 42, hadits namun merupakan intisari ajaran Islam. Oleh karena itu, kami menyajikan buku ini untuk Anda, dalam format memuat matan hadits Arbain an-Nawawi dan terjemahnya, berikut intisari kandungan hadits berdasarkan syarah Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, yang disajikan dengan bahasa yang lugas dan jelas, simpel dan praktis, yang menjadikan buku ini cocok untuk dibaca oleh semua kalangan, baik tua maupun muda, kalangan terpelajar maupun masyarakat awam. Buku ini adalah rujukan primer bagi kaum Muslimin, bahkan patut dimasyarakatkan agar Anda berminat memiliki kitab ini, dapatkan dengan mengklik gambar di bawah ini Refrensi Al-Arbaun An-Nawawiyyah Imam An-Nawawi Jamiul Ulum wal Hikam Ibnu Rajab Syarah Al-Arbain An-Nawawiyyah Al-Utsaimin Al-Minhatur Rabbaniyyah fii Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah Shalih Al-Fauzan Klik untuk Membaca Penjelasan Hadits Tentang Islam Iman dan Ihsan Bagian 2

Paraulama mengatakan, "Seandainya Allah membebani suatu amalan tanpa niat, maka itu sama halnya membebani sesuatu yang tidak dimampui.". 3- " Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan ", maksud hadits ini adalah setiap orang akan memperoleh pahala yang ia niatkan. Coba perhatikan dua hadits berikut ini.

Kali ini akan dishare kumpulan hadits tentang iman lengkap dalam tulisan bahasa arab dan artinya. Hendaknya kita sebagai seorang muslim memahami apa hakikat keimanan yang benar dalam agama islam. Semua perkara iman, islam dan ihsan ini bisa kita temui di berbagai dalil baik ayat suci Al Quran dan hadits Rasulullah SAW. Pengertian iman sendiri Secara bahasa berarti pembenaran hati, kemantaban hati atau percaya,. Sedangkan menurut istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan perbuatan. Dengan demikian, pengertian iman kepada ALLAH SWT adalah membenarkan dengan hati bahwa ALLAH SWT itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Adapun secara syari’at, iman berarti mengetahui ALLAH SWT dan sifat-sifatnya disertai dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua yang dilarang-Nya. Dengan begitu, seorang muslim bisa dikatakan memiliki iman yang sempurna jika ia memenuhi semua unsur tersebut. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Pembahasan iman ini sangatlah luas, kita bisa melihat berbagai dalilnya dalam kitab suci Al Quran dan hadist hadist tentang iman. Dalam sebuah ayat Al Quran, ALLAH SWT berfirman sebagai berikut إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ Artinya “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang hanya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” QS al-Hujurât 15. Iman sendiri berbgai macam, jika kita merujuk kepada rukun iman dalam islam. Maka ada Iman kepada ALLAH SWT, Iman kepada malaikat, Iman kepada kitab ALLAH SWT, Iman kepada Rasul, Iman kepada hari akhir serta Iman kepada qada dan qadar takdir baik dan buruk dari ALLAH SWT. Keimanan ini sangatlah penting karena merupakan bekal kita kelak di akhirat. Seorang muslim yang beriman dan bertakwa kepada ALLAH SWT, maka insyaallah kita akan masuk dalam syurga dan ALLAH SWT ridho kepada kita. Namun menjadi hamba yang beriman tidaklah mudah, terkadang iman naik dan turun tidak menentu. Untuk itu perlu kiranya kita mempelajari sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadits hadist tentang iman agar kita selalu daam ketaatan dan amal shaleh. Dan untuk lebih jelasnya simak berikut ini daftar kumpulan hadits tentang iman islam dan ihsan lengkap dalam lafadz arab dan terjemahan bahasa Indonesianya. Hadits Tentang Iman, Islam dan Ihsan Lengkap حَدِيْثُ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النبي ص م بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ مَاالْاِيْمَانُ؟ قَالَ الْاِيْمَانُ اَنْ تُؤْمِنُ بِالله وَمَلَائِكَتِهِ وَبِلقَائِهِ وَبِرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالبَعْثِ،قَالَمَاالْاِسْلاَمُ؟ قَالَ الْاِسْلاَمُ اَنْ تَعْبُدَاللهَ وَلَاتُشْرِكْ بِهِ وَتُقِيْمَ الصَّـلَاةَ وَتُؤَدِّىَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوْضَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ. قَالَ مَاالْاِحْسَانُ؟ قَالَ اَنْ تَعْبُدَاللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَأِنهُ يَرَاكَ. قَالَ مَتَى السَّـاعَةُ؟ قَالَ مَااْلمسْـئُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّـائِلِ، وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ اَشْرَاطِهَا، اِذَا وَلَدَتِ الاَمَةُ رَبَّهَا، وَاِذَاَ تَطَاوَلَ رُعَاةُ الْاِبِلِ الْبَهْمُ فِى الْبُنْيَانِ، فِى خَمْسٍ لَايَعْلَمُهُنَّ اِلّااللهُ. ثُمَّ تَلاَ النَّبِىُّ ص م اِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السّـاعَةِ،الآية. ثُمَّ اَدْبَرَ. فَقَلَ رُدُّوْهُ، فَلَمْ يَرَوْا هَذاَ جِبْرِيْلُ جَاءَ يُعَلِّمُ النَّاسَ دِيْنَهُمْ. Artinya Hadits Abu Hurairah ra. Dimana ia berkata “pada suatu hari Nabi SAW. Berada di tengah-tengah para sahabat, lalu ada seseorang datang kepada beliau lantas bertanya “Apakah iman itu?”. Beliau menjawab “Iman adalah kamu percaya kepada Allah dan malaikatNya, percaya dengan adanya pertemuan denganNya, dan dengan adanya rasul-rasulNya, dan kamu percaya dengan adanya hari kebangkitan setelah mati”. Ia bertanya “Apakah Islam itu?”. Beliau menjawab “Islam yaitu kamu yang menyembah kepada Allah dan tidak mempersekutukanNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa pada bulan ramadhlan”. Ia bertanya “Apakah Ihsan itu?”. Beliau menjawab “kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihatNya, dan jika kamu tidak bisa seakan-akan melihatNya maka beryakinlah bahwa sesungguhnya Allah melihat kamu”. Ia bertanya “Kapan hari kiamat itu?”. Beliau menjawab “Orang yang ditanya tentang hari kiamat itu tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya. Akan tetapi aku akan memberitahukan kepadamu tentang tanda-tandanya yaituapabila seorang budak perempuan melahirkan tuannya, apabila pengembala unta dan ternak berlomba-lomba dalam bangunan; dalam lima hal tidak mengetahuinya kecuali Allah”. Kemudian Nabi SAW. Membaca ayat yang artinya “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisiNya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi maha mengenal”. Orang yang bertanya itu lantas pergi , lalu beliau bersabda “itu adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan manusia tentang agama mereka”. HR Bukhari; Muslim . حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى قَالَ أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ.رواه البخاري Artinya Abdullah ibn Musa telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Hanzhalah ibn Abi Sufyan telah memberitakan kepada kami, dari Ikrimah ibn Khalid, dari ibn Umar berkata Rasulullah saw. telah bersabda “Islam didirikan atas lima perkara, yakni bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah swt, dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, dan berpuasa dibulan Ramadhan”. Al-Bukhari حَدِيثُ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ فِي الْحَيَاءِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْهُ فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنَ الإِيْمَانِ Ibnu Umar berkata bahwa Nabi SAW melewati melihat seorang lelaki kaum Anshar yang sedang menasehati saudaranya karena malu, maka Nabi SAW telah bersabda Biarkanlah ia karena sesungguhnya malu itu sebagian dari iman. أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ. [رواه البخاري ومسلم] Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya" Riwayat Bukhari dan Muslim حَدِيْثُ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا سَمِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَعِظُ اَخَاهُ فِيْ الحَيَاءِ فَقَالَ الحَيَاءُ مِنَ الْلأِيْمَانِ Diriwayatkan dari Abu Umar Ra katanya Nabi Saw mendengar seorang menasehati saudaranya dalam hal malu dan menganggap perbuatan itu buruk, lalu Nabi Saw bersabda. malu itu sebagian dari iman” الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً أَفْضَلُهَا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَوْضَعُهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَان “Iman itu ada tujuh puluh sekian cabang, iman yang paling utama adalah persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah salah satu cabang dari keimanan.”HR Bukhori, HR Muslim. الايمان معرفة بالقلب و قول باللسا ن و عمل بالاركان رواه الطبران Artinya “Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.”HR Thabrani عَنْ اَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَ جَدَ حَلَاوَةَ الإِيْمَانِ أنْ يَكُوْنَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَاَنْ يُحِبَّ الْمَرْءُ لَا يُحِبُّحُ اِلَّا لِلهِ وَ اَنْ يَكْرَهَ اَنْ يَعُوْدَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ اَنْ يُقْذَفَ فِى الْنَّا رِ. رواه البخاري Artinya Dari Anas dari Nabi SAW, beliau bersabda tiga hal bila terdapat pada diri seseorang, maka ia mendapatkan manisnya iman, yaitu apabila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari pada yang lain, apabila ia mencintai seseorang hanya karena Allah, dan apabila ia benci untuk kembali ke dalam kekafiran sebagaimana bencinya untuk dicampakkan ke dalam neraka. HR. Bukhari Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ “Tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai dia mencintai kebaikan untuk saudaranya sesuatu yang dia cintai untuk dirinya”. HR. Bukhari dan Muslim. لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ ، وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ شَارِبُهَا حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ ، وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ ، وَلَا يَنْتَهِبُ نُهْبَةً يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ فِيهَا أَبْصَارَهُمْ حِينَ يَنْتَهِبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ “Tidaklah seseorang berzina dalam keadaan beriman, tidaklah seseorang meminum minuman keras ketika meminumnya dalam keadaan beriman, tidaklah seseorang melakukan pencuria dalam keadaan beriman dan tidaklah seseorang merampas sebuah barang rampasan di mana orang-orang melihatnya, ketika melakukannya dalam keadaan beriman.” HR. Bukhari dan Muslim. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ “Tidak keimanan bagi mereka yang tidak memiliki amanah.” عَنْ أَبِيْ مَالِكْ الْحَارِثِي ابْنِ عَاصِمْ اْلأَشْعَرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ - أَوْ تَمْلآنِ - مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ . كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَباَئِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا [رواه مسلم] Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy'ari' Suci itu sebagian dari iman, bacaan alhamdulillaah memenuhi timbangan, bacaan subhaanallaah dan alhamdulillaah keduanya memenuhi ruang yang ada di antara langit dan bumi. Shalat itu adalah nur, shadaqah adalah pembela, sabar adalah cahaya, dan Al-Qur'an menjadi pembela kamu atau musuh kamu. Setiap manusia bekerja, lalu dia menjual dirinya, kemudian pekerjaan itu dapat menyelamatkannya atau mencelakakannya".HR. Muslim عَنِ ابْنِ حَجَرٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ الله صَلىَّ الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ أْلإِيْمَانُ مَعْرِفَةٌ بِاْلقَلْبِ وَقَوْلٌ بِالِّلسَانِ وَعَمَلٌ بِاْلأَرْكَانِ رواه ابن ماجه والطبراني Artinya “Dari Ibnu Hajar Radhiyallahu Anhu beliau berkata Rasulullah SAW telah bersabda Iman adalah Pengetahuan hati, pengucapan lisan dan pengamalan dengan anggota badan” Ibnu Majah dan At-Tabrani. حَدِيْثُ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ أَنَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ اُمِرْتُ اَنْ اُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُوْلُوْا لَآ اِلَهَ اِلَّا اللهُ فَمَنْ قَالَ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ عَصَمَ مِنِّيْ مَا لَهُ وَنَفْسَهُ اَلَّا بِحَقّهِ وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. Katanya “Aku diarahkan supaya memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan dua kalimah syahadat. Siapa yang mengucapkannya berarti dia dan hartanya bebas dari aku kecuali dibenarkan oleh syariat dan segala-galanya terserahlah kepada Allah Swt untuk menentukannya. عَنْ أَبِيْ سَعِيْدِ اْلخُدْرِيِّ رَضِيَ الله ُعَنْهُ ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ الله ِصَلي الله عليه وسلم يَقُوْلُ مَنْ رَّأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لمَّ ْيَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنْ لمَّ ْيَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ . رواه مسلم [ رقم 49 ] Artinya “Dari Abu Sa’d Al-Khudriy Radhiyallahu Anhu, beliau berkata Saya pernah mendengar Rasulallah SAW berkata barang siapa diantara kalian melihat suatu kemunkaran maka hendaknya dia merubah dengan kekuasannya, apabila dia merasa tidak mampu maka dengan lisannya, maka apabila dia tidak mampu hendaknya dia membenci kemunkaran tersebut dengan hatinya, yang demikian itu adalah tingkatan iman yang paling lemah ” Muslim. عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهُ ، أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ رواه البخاري و مسلم Artinya “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda barang siapa yang beriman kepada Allah hari akhir maka hendaknya dia mengormati tidak menyakiti tetangganya orang yang berada di sekelilingnya” . Bukhari dan Muslim. وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْأِيْمَانِ Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra katanay Rasulullah Saw bersabda “Iman terdiri lebih dari tujuh puluh bagian, dan malu dalah salah satu dari bagian-bagian Iman.” حَدِيْثُ اَنَسِ بن مالك رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبُّ لِأَحِيْهِ اَوْ قَالَ لِجَارِهِ مَا يَحِبُّ لِنَفْسِهِ Diriwayatkan dari Anas bin Malik Ra katnya Nabi Saw telah bersabda “tidak sempurna iman seseorang itu, sebelum ia mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri.” Demikianlah artikel mengenai kumpulan hadits tentang iman lengkap bahasa arab dan artinya. Insyaallah semua daftar hadist Nabi Muhammad SAW diatas bermanfaat dan bisa menjadi referensi pengetahuan dalam memehami apa arti keimanan, islam dan ihsan yang benar. Wallahu a'lam. Imankepada Rasul mengandung empat unsur : Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah. Barangsiapa mengingkari risalah mereka, walaupun hanya seorang, maka menurut pendapat seluruh ulama, ia dikatakan kafir, sebagaimana firman Allah dalam surat Asy Syu'araa'/26 ayat 105.
Hadits arbain – Sebagaimana disepakati dan seharusnya kita sebagai orang islam yang beriman yakini, bahwa hadits merupakan sumber hukum kedua dalam islam setelah Al-Quran. Karenanya, kemampuan untuk memahami hadits menjadi faktor penting dalam kehidupan beragama Islam itu sendiri. Hadits Arbain sendiri memiliki beberapa keistimewaan. Kandungan hadits-hadits pilihan Imam Nawawi ini memiliki tema-tema sederhana sehingga mudah dipahami, sekaligus memiliki makna mendalam dan cakupan yang luas bagi aspek kehidupan manusia. Seperti bagaimana pedoman dasar dalam beragama Islam, tatacara hablum minallah dan hablum minannas. Juga rambu-rambu adab yang seharusnya diperhatikan oleh seorang Muslim. Tema-tema tersebut insha Allah tetap relevan sampai kapan pun. Diantaranya ialah, hadits arbain nawawi ke 2 yang mengutarakan perkara iman, islam, dan ihsan. Malaikat Jibril yang bertanya tentang iman, islam dan ihsan عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ ” بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم ذَاتَ يَوْمٍ، إذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ. حَتَّى جَلَسَ إلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم . فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ،وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إنْ اسْتَطَعْت إلَيْهِ صَدَقْت . فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ!قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَنْ تُؤْمِنَ بِاَللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ صَدَقْت. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّك تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ. قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا؟ قَالَ أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ. ثُمَّ انْطَلَقَ، فَلَبِثْتُ مَلِيًّا،ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ؟.‫‬قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata “Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?” Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah Tuhan yang disembah selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu.” Kemudian dia berkata, “Engkau benar.“ Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi “Beritahukan aku tentang Iman.“ Lalu beliau bersabda, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.“ Kemudian dia berkata, “Engkau benar.“ Kemudian dia berkata lagi, “Beritahukan aku tentang ihsan.“ Lalu beliau bersabda, “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau.” Kemudian dia berkata, “Beritahukan aku tentang hari kiamat kapan kejadiannya”. Beliau bersabda, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.“ Dia berkata, “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya. “ Beliau bersabda “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya.“ Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau Rasulullah bertanya, “Tahukah engkau siapa yang bertanya?” Aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.“ Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian bermaksud mengajarkan agama kalian.“ Riwayat Muslim Hadits arbain ini mengandung banyak sekali intisari. Jika ada yang mau menjelaskan hadits ini secara keseluruhan pasti bisa menuangkan dalam satu kitab tebal. Beberapa yang dapat kami sampaikan secara singkat, sebagai berikut Menjelaskan akhlak Nabi yang begitu mulia. Beliau mau duduk bersama para sahabat, bukan hanya menyendiri dan melihat yang lain dari tempat tinggi. Adanya rukun islam yang lima dengan keutamaan shalatnya. Iman dan islam tidaklah sama, karena Jibril bertanaya, “Beritahukan padaku tentang islam.” Kemudian setelah itu bertanya, “ Beritahukan padaku tentang iman.” Islam untuk amalan-amalan lahiriah, seperti kata-kata lisan dan amalan-amalan anggota badan, sementara iman untuk amalan-amalan batin, seperti keyakinan dan amalan-amalan hati. Seperti firman Allah berikut قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ Orang-orang Arab Badui itu berkata “Kami telah beriman”. Katakanlah “Kamu belum beriman, tapi katakanlah kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Adanya rukun iman yang enam, keenam rukun ini akan menciptakan kekuatan memohon pada diri seseorang untuk taat dan takut kepada Allah. Siapapun yang mengingkari satu di antara enam rukun ini berarti dia kafir, karena mendustakan apa yang disampaikan Rasulullah. Penegasan adanya malaikat yang wajib diimani. Para malaikat bisa berubah wujud ke bentuk lain, karena Jibril mendatangi Nabi dalam bentuk seorang lelaki seperti disebutkan dalam hadits arbain ini. Malaikat adalah materi, seperti yang disampaikan Allah dalam surat Fathir 1 “Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan untuk mengurus berbagai macam urusan yang mempunyai sayap.” Kiamat adalah hal besar, tiada yang mengetahui kapan kiamat terjadi, kecuali Allah semata. Karena itu tanda-tandanya diberitahukan agar manusia mempersiapkan diri menghadapinya. Semoga Allah berkenan membuat sobat Cahayaislam dan seluruh mukmin mukminat siap untuk menghadapi hari akhir ini. Saat tidak mengetahui sesuatu, kita perlu untuk bertanya. Seperti Jibril yang bertanya “Beritahukan padaku apa tanda-tandanya.” Orang yang bertanya suatu ilmu adalah guru jika memang tahu jawabannya, dalam hadits arbain ini yang mengajari adalah Nabi tetapi karena pertanyaan yang disampaikan Jibril, Jibril dalam hal ini bertindak sebagai guru, mengapa? Seorang murid yang mengetahui suatu permasalahan kemudian menanyakan hal tersebut meski sudah tahu jawabannya karena ia merasa permasalahan tersebut penting untuk diketahui banyak orang, dan ketika pertanyaan tersebut dijawab dengan tepat di situlah murid sama seperti guru. Kumpulan hadits arbain dan penjelasannya tidak hanya mudah dipahami namun juga mampu menjawab persoalan kehidupan pribadi maupun sosial. Dengan semakin membumi’nya hadits arbain, masih diperlukan sebuah kajian yang mengupas seluk-beluk yang ada di dalamnya. Agar keistimewaan yang dikandung dapat dinikmati dengan mudah oleh berbagai kalangan, termasuk sebagian dari kita yang tak sempat berguru langsung kepada ustad atau guru ngaji. Jangan lupa juga untuk mengintip sejenak ulasan hadits arbain nomor 1 yang telah tim Cahayaislam jelaskan dikesempatan sebelumnya disini. Semoga artikel tentang hadits arabain nomor 2 ini dapat sedikit menjawab kebutuhan pembaca dan mengilhami berbagai hikmah dari kebaikan hadits ini.
HzgM6E.
  • rror3lgbk0.pages.dev/131
  • rror3lgbk0.pages.dev/358
  • rror3lgbk0.pages.dev/107
  • rror3lgbk0.pages.dev/447
  • rror3lgbk0.pages.dev/4
  • rror3lgbk0.pages.dev/81
  • rror3lgbk0.pages.dev/480
  • rror3lgbk0.pages.dev/397
  • hadits arbain tentang iman